Siapa sangka, seorang mantan street punk kini menjelma menjadi perajin kayu dan mebel yang penuh semangat? Ifan Tanesab, nama yang mungkin familiar dikenal Incar, telah membuktikan bahwa semangat kreatif bisa mengalir dalam berbagai bentuk.
Mulai dari era 2000-an, Incar aktif dalam scene musik underground Kupang bersama Setanggi Timor Punk Kupang (St.Punk Kupang) dan Equality SindicArt. Namun, semangat berkreasinya tak berhenti di situ. Minatnya pada dunia perkayuan tumbuh subur, seiring dengan kesadaran akan potensi sumber daya alam lokal.
“Saya ingin membuat alat musik dari kayu sendiri,” ujar Incar. “Visinya adalah menciptakan sesuatu yang menjadi identitas diri.” Dengan keterbatasan waktu dan dukungan, Incar memulai perjalanannya sebagai perajin kayu dan mebel. Tantangan demi tantangan ia hadapi, mulai dari mencari bahan baku hingga merancang desain kerajinan dari kayu dan mebel. Namun, semangatnya tak pernah padam.
Setiap karya yang dihasilkan Incar mengandung pesan mendalam. “Kayu adalah hasil bumi kita. Kita harus bisa mengolahnya sendiri, membuktikan bahwa orang lokal punya kualitas,” tegasnya. Melalui musik, karya kayu dan mebelnya, Incar ingin menginspirasi banyak orang, terutama generasi muda, untuk tidak takut bermimpi dan berkarya.
“Jangan Tunggu Orang Lain, Bergerak!” (Incar)
Pesan utama yang ingin disampaikan Incar. Ia mengajak anak muda untuk proaktif dan tidak pasif. “Buat sesuatu, sekecil apapun itu. Jangan menunggu orang lain,” ucapnya.
Perjalanan Incar tentu tidak selalu mulus. Ia sempat mendapat penolakan dari beberapa teman di luar komunitasnya. Namun, dukungan keluarga dan teman-teman terdekat menjadi kekuatan besar baginya.
“Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil menyelesaikan sebuah karya yang rumit,” ujar Incar. “Itulah yang membuat saya terus berkarya.”
Saat ini, Incar tengah sibuk dengan proyek musik barunya, Lilana, yang akan segera dirilis secara digital. Ini membuktikan bahwa semangat berkreasinya masih menyala.
Kisah Incar adalah bukti nyata bahwa dengan semangat dan kegigihan, kita bisa meraih mimpi. Ia mengajarkan kita untuk menghargai hasil bumi, berani mengambil risiko, dan tidak takut gagal.
Leave a Reply